Pasti banyak yang belum tahu apa itu Tri Pusat Pendidikan. Istilah tersebut mempunyai arti 3 pusat pendidikan yakni, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh yang mempopulerkan istilah tersebut yaitu Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Gagasan Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan hingga saat ini pada era generasi milenial. Bagaimana penjelasan dari gagasannya tersebut? simak penjelasan berikut ini;
Lingkungan pertama dalam memberikan pendidikan anak adalah lingkungan keluarga. Perkembangan anak dimulai sejak dari lingkungan keluarga. Dalam keseharian anak memperoleh pendidikan yang tak disadari dari orang tua atau pihak keluarga.
Oleh sebab itulah tri pusat pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Berbagai pembelajaran didapatkan dari keluarga mulai dari interaksi, pengamatan anak terhadap perilaku dan moral keluarga, dan keagamaan yang dibiasakan.
Bagi anak usia dini sebaiknya sangat tidak dianjurkan untuk bermain gadget karena bisa dikatakan belum saatnya. Pendidikan berasal dari keluarga, bukanlah dari gadget terlebih dahulu. Oleh sebab itulah harus menghindarkan gadget pada anak usia dini. Berbagai bidang sosial, keagamaan, moral, budaya Indonesia harus diperkenalkan sejak dini bagi anak.
Pendidikan formal diperoleh anak dari lingkungan sekolah yang mengajarkan berbagai kemampuan akademis dan skill tertentu. Terdapat berbagai fasilitas yang mendukung dari pihak sekolah. Perkembangan kurikulum terbaru menganut pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Guru tidak lagi mentransfer ilmu pengetahuan. Melainkan, siswa yang akan membangun pengetahuan dengan difasilitasi oleh guru. Dalam kurikulum ini juga mengaitkan antar bidang studi agar lebih nyata dan mengetahui fungsi dari pembelajarannya tersebut. Diharapkan kurikulum terbaru bisa menjadikan siswa lebih maju dan pendidikan Indonesia semakin lebih baik dari sebelumnya.
Seorang anak mendapatkan pendidikan tidak hanya berasal dari keluarga dan sekolah saja. Peran masyarakat juga sangat penting dalam kaitannya pendidikan. Masyarakat turut mempengaruhi perkembangan anak.
Apapun yang dilakukan masyarakat bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi anak tanpa disadari. Semisal saja konten yang diakses anak melalui perangkat digital smartphone yang mungkin belum pantas sudah diketahui anak.
Bahkan, mungkin saja anak meniru akan hal tersebut. Lingkungan masyarakat yang kurang memberikan contoh moral yang benar juga bisa mempengaruhi anak menjadi seperti masyarakat tersebut. Walaupun keluarga dan sekolah sudah mengajarkan yang terbaik terkait moralitas, namun tetap saja masyarakat tetap berperan akan hal ini.
Pendidikan tidak boleh seakan diserahkan pada sekolah saja. Memang benar tugas guru adalah mendidik, namun ini semua tidaklah cukup jika tanpa diimbangi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat yang mendukung. Perlu adanya kerja sama 3 lingkungan seperti yang telah dijelaskan dalam gagasan tri pusat pendidikan. Memantau pergaulan anak dan mengetahui apa yang diakses sangat penting terutama pada generasi milenial.